MENGAGUNGKAN ILMU DAN GURU
Ketahuilah, bahwa penuntut ilmu hendaknya mengagungkan Ilmu dan Ulama (ahli ilmu) serta memuliakan dan menghormati guru. Tanpa demikian maka tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfa'at. Sebagaimana dikatakan, bahwa kesuksesan cita-cita seseorang disebabkan ia sangat mengagungkan ilmu, ulama dan guru serta memuliakan dan menghormatinya. Sebaliknya, kegagalan seseorang dalam belajar itu karena tidak mau mengagungkan, memuliakan dan menghormatinya, bahkan meremehkannya.
Sementara Ulama mengatakan, bahwa menghormat itu lebih baik dari pada taat. Ketahuilah, bahwa manusia tidak akan kufur disebabkan berbuat kemaksiatan. Tetapi manusia dapat menjadi kufur lantaran tidak mau menghormat perintah Allah dan larangan-Nya dengan meremehkan dan menganggap ringan serta sepele.
Termasuk mengagungkan ilmu adalah mengagungkan guru. Pengertian ini dikuatkan dengan kata-kata Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah
Artinya :
"Aku tetap menjadi hamba seorang yang telah mengajarku sekalipun hanya satu huruf. Jika perlu ia menjualku, dan jika ia menginginkan aku menjadi budak dan tawanan akupun mau."
Maksudnya aku mau dijadikan budak dan tawanan untuk berkhidmat kepadanya dan melayaninya. Demikian inilah sebagai kesempurnaan di dalam mengagungkan. Sebagaimana Nabi s.a.w. pernah bersabda
Artinya :
"Siapa mengajar seorang hamba satu ayat dari Kitab Allah maka dia adalah tuannya."
Dalam mengagungkan guru itu saya pernah dibacakan sya'ir Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah :
Artinya :
— Menurut pendapatku, bahwa hak seorang guru harus lebih diindahkan
melebihi seluruh hak, dan lebih wajib dijaga bagi setiap muslim.
melebihi seluruh hak, dan lebih wajib dijaga bagi setiap muslim.
— Sehingga sangat layaklah sebagai tanda memuliakan guru ; andaikata ia diberi 1000 dirham karena mengajar satu huruf.
Maksudnya bahwa hak seorang guru merupakan hak yang harus dihormati melebihi seluruh hak, dimana setiap muslim wajib menjaganya, yaitu hak guru itu sangat wajib dijaga oleh setiap muslim. Sebab seorang yang mengajarmu satu huruf yang memang kamu butuhkan dalam soal agama, maka ia adalah ayahmu dalam agama. Dalam hal ini telah diriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau bersabda :
Artinya :
"Sebaik-baik para bapak adalah orang yang telah mengajarmu."
Dalam hal ini pernah ditanyakan kepada Iskandar Zul Qarnain : "Mengapa engkau lebih banyak mengagungkan gurumu daripada ayahmu ?" Jawabnya : "Karena ayahku yang menurunkan aku dari langit ke bumi, sedangkan guruku yang mengangkat aku dari bumi ke langit." Ini mengandung maksud bahwa tergantungnya ruh pada badan dalam rahim para ibu adalah turunnya ruh dari alam malakut ke alam kerusakan bagi anak yang dilahirkan. Sedangkan guru Yang menyebabkan naiknya ruh manusia dari alam fana (rusak) ke alam baka (kekal) lantaran memberikan kesempurnaan berma'rifat kepada Tuhan.
Guruku Syekh AI Imam Sadiduddin As Syirazi berkata, bahwa guru-guru kami pernah memberikan keterangan : "Siapa yang menginginkan anaknya menjadi alim (Kyai atau Ulama), hendaknya mengagungkan, memuliakan dan memberikan sesuatu yang layak diberikan kepada para santri perantau ilmu yang mendalami Fiqih. Kalau anaknya tidak menjadi alim, maka insya Allah cucunya menjadi seorang yang alim." Dalam hal ini sekalipun yang diberikan itu hanya sedikit, karena mengagungkan dan memuliakan Ulama merupakan amal yang diterima dan berfaidah.
Di antara mengagungkan guru yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang murid atau santri hendaknya
1. Jangan berjalan di muka gurunya.
2. Jangan menduduki tempat duduk gurunya.
3. Jangan mendahului bicara di hadapan gurunya kecuali dengan izinnya.
4. Jangan banyak bicara di hadapan guru.
5. Jangan bertanya sesuatu yang membosankannya.
6. Jika berkunjung pada guru harus menjaga waktu, dan jika guru belum keluar maka jangan mengetuk-ngetuk pintu, tapi bersabarlah hingga guru itu keluar.
7. Selalu memohon keridlaannya.
8. Menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan guru.
9. Melaksanakan perintah guru asal bukan perintah maksiat.
10. Menghormati dan memuliakan anak-anak, famili dan kerabat gurunya.
Guru kami Syaikhul Islam Burhanuddin pengarang kitab "Al Hidayah" pernah menceritakan : "Pada suatu hari datang para pemimpin dari Bukhara. Dia duduk di majlis pengajian. Di tengah-tengah majlis itu dia sesekali berdiri. Maka ditanyakan kepadanya, mengapa anda sesekali berdiri ? Jawabnya : "Sebab saya melihat putra guruku sedang bermain-main di jalanan bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya lalu saya berdiri, karena saya mengagungkan guruku."
Al Qadli Imam Fahruddin Al Arsabandy seorang tokoh para pemimpin di Marwa. la sangat dihormati dan dimuliakan para raja pada zamannya. Lalu katanya : "Kesuksesan saya sebagai tokoh pemimpin dan mempunyai kedudukan dihormati para raja, adalah lantaran saya selalu mengagungkan dan menghormati guru saya. Sebab saya berkhidmat pada guru saya Syekh Al Qadli Imam Abu Yazid. Saya melayani dan memasakkan makanannya, tetapi saya tidak ikut memakannya. Dan khidmatku itu semata-mata mengagungkannya." Maksudnya bahwa khidmatku dan pekerjaanku memasakkan makanannya bukan karena untuk ikut makan dan ikut memanfa'atkan, Tetapi semata-mata karena mengagungkan dan memuliakan.